Semarang, WARTAGLOBAL.id - Musim kemarau yang tak kunjung usai membuat kekeringan kian meluas di Jawa Tengah (Jateng). Hingga September 2023, tercatat sudah ada 850 desa dari total 35 kabupaten/kota yang mengalami krisis air bersih.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, ratusan desa yang terdampak itu tersebar di 252 kecamatan. Total sudah ada 33.060.300 liter air bersih yang disalurkan hingga 15 September 2023 ini.
“Sejauh ini total dari jumlah air yang terdistribusi ada di 32 kabupaten/kota,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan BPBD Jateng, Muhamad Chomsul, kepada wartawan, Jumat (15/9/2023).
Chomsul mengatakan pemenuhan bantuan distribusi air bersih ini dilakukan secara sinergis. Meliputi BPBD Jateng dan Kabupaten/Kota, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Polri, program CSR swasta, Palang Merah Indonesia (PMI), dan bantuan dari masyarakat.
Lebih lanjut, komposisi desa yang kekeringanya bervariasi dari yang rendah hingga kategori tinggi. Hal itu membuat pendistribusian berbeda antardaerah. Bantuan air bersih menyesuaikan kebutuhan masing-masing daerah.
Sementara dari 32 kabupaten/kota di Jateng, BPBD mencatat daerah yang terdampak kekeringan paling parah berada di Kabupaten Blora, yakni ada 127 desa yang membutuhkan bantuan air bersih.
“Disusul Grobogan 118 desa dan Demak 55 desa. Ini data per 15 September,” ujarnya.
BPBD Jateng mengimbau seluruh masyarakat untuk menghemat air dengan menggunakan secara secukupnya. Hal ini untuk meminimalisasi adanya krisis air bersih untuk keperluan sehari-hari.
“Kemudian juga mari kita berhemat air. Jadi menabung air, menghemat air untuk digunakan seperlunya,” katanya. (*)
KALI DIBACA
