Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng saat membuka Puncak Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2025 di Taman Budaya Raden Saleh pada Selasa (25/11/2025).SEMARANG, WARTAGLOBAL.id --
Pemerintah Kota Semarang memastikan tidak akan lagi ada guru yang berstatus honorer mulai 2026. Seluruh guru honorer tersebut akan dialihstatuskan menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), baik secara penuh maupun paruh waktu.
Komitmen ini disampaikan oleh Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng pada puncak peringatan Hari Guru Nasional di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Selasa (26/11/2025).
"Sudah kami angkat menjadi PPPK penuh waktu maupun paruh waktu," kata Agustina.
PASTIKAN KUALITAS PENDIDIKAN
Kebijakan ini merupakan langkah strategis guna memastikan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru. Wali Kota menekankan, untuk diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk dalam skema PPPK, setiap guru harus telah tersertifikasi melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam rangka menjamin anak didik oleh guru yang terstandardisasi secara nasional.
Untuk mewujudkan target tersebut, Pemkot Semarang akan segera melakukan akselerasi. Dalam waktu dekat, sekitar 400 guru honorer akan dilantik sebagai PPPK pada akhir Desember 2025.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng menyapa para guru saat Puncak Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2025 di Taman Budaya Raden Saleh, Kota Semarang, Selasa (25/11/2025).MULAI 1 JANUARI 2026
"Mereka akan mulai bekerja nanti 1 Januari 2026. Dengan 400 guru yang akan masuk pada 1 Januari itu, maka kebutuhan guru di Kota Semarang sudah terpenuhi semuanya," ujarnya.
Dengan pengangkatan massal ini, istilah-istilah seperti guru bantu, guru honorer, atau guru outsourcing di lingkungan Pemkot Semarang akan dihapuskan.
Kebijakan serupa juga berlaku untuk pengisian jabatan kepala sekolah, yang prosesnya telah dimulai dengan diklat beberapa waktu lalu.
IKUTI PERKEMBANGAN ZAMAN
Wali Kota juga mengajak para guru untuk terus mengikuti perkembangan zaman. Materi yang disampaikan harus bisa dipahami dengan baik oleh anak-anak zaman sekarang.
"Supaya pola pengajarannya itu tidak konvensional, sehingga jarak antara guru dan murid itu bisa didekatkan lagi.
Kalau misalnya guru-guru ini bisa mendekati anak, berarti bisa mengerti anak-anak didiknya, kalau dulu ‘kan top-down," imbuhnya.
(Hans)
KALI DIBACA
